Senin, 04 Agustus 2008

Fadli Patahkan Mitos Kenjeran

Podium Fadli

Fadli vs Hokky
Suzuki vs Yamaha

Sluurrp....
SURABAYA, 3 Agustus 2008 – Pembalap Suzuki IRC U Mild AHRS, M.Fadli #162 memenuhi ambisinya untuk naik podium utama di kejuaraan Indoprix Seri III di Sirkuit Kenjeran Surabaya, Minggu (3/8). Fadli berhasil menaklukan keangkuhan Sirkuit Kenjeran yang selama empat tahun terakhir tidak pernah memberikan podium baginya. Fadli akhirnya bisa naik podium setelah memenangi duel sengitnya dengan Hokky Krisdianto di kelas IP2 (125 cc) pada race kedua dengan mencatat total waktu 13:26,109 detik unggul 0,135 detik dan 6,487 detik atas pembalap Jawa Timur, Denny Triyugo di posisi ketiga. Pada race pertama, M. Fadli berada di posisi kedua di bawah Hokky Krisdianto.


Namun rekan setim Fadli, Dedy Fermadi #45, kali ini kurang beruntung setelah terjatuh di race kedua. Di kelas IP1 (110 cc) para pembalap Yamaha mendominasi jalannya lomba, di mana Hokky Krisdianto memenangi dua race berturut-turut disusul Florianus Roy dan Denny Triyugo.

Kemenangan di Kenjeran sekaligus menjadi sejarah bagi Fadli, karena untuk pertama kalinya meraih podium utama di Indoprix selama seri tahun ini. ”Tentu saja hasil ini membanggakan bagi saya, di mana saya bisa mematahkan mitos tidak pernah menang di sini sejak tahun 2004 dan juga karakter sirkuitnya terkenal cocok untuk motor Yamaha. Semua ini berkat Tuhan serta dukungan tim dan sponsor serta semua pihak yang telah mendukung saya,” kata Fadli dengan haru.

Menanggapi keberhasilan Fadli, Brand Manager U Mild, Yasin Tofani Sadikin, sebagai salah satu sponsor yang mendukung tim Suzuki IRC U Mild AHRS, menyatakan rasa bangganya karena Fadli bisa mencapai targetnya menjadi juara di seri ini. ”Sejak babak kualifikasi kemarin, kami sudah yakin kalau Fadli akan naik podium meskipun secara peluang cukup berat karena pembalap Yamaha lebih dijagokan di Kenjeran. Semoga di seri-seri selanjutnya, Fadli maupun Dedy bisa menunjukkan terus prestasinya,” bangga Tofani.

Lebih lanjut Fadli mengatakan, perjuangannya merebut juara sangat berat karena harus berjuang melawan ketangguhan para pembalap Yamaha. Bahkan hingga lap terakhir, Fadli masih terlibat duel dengan Hokky. Namun, berkat kesabaran dan konsentrasinya yang tinggi Fadli masih bisa unggul atas pembalap Jawa Tengah tersebut. ”Sementara di kelas IP1 (110 cc) memang sangat berat, karena saya bertanding sendirian di tengah kepungan para pembalap Yamaha. Tapi persaingan di klasemen IP1 ini masih terbuka peluang bagi saya untuk mempertahankan gelar, karena selisih poinnya pun tidak terlalu jauh,” jelas Fadli.

Kemenangan kali ini menambah perolehan poin Fadli menjadi 87 di IP2, di bawah Hokky Krisdianto (114) dan Hadi Wijaya (112), sementara Dedy Fermadi di urutan ke 13 dengan poin 26. Di kelas IP1, Fadli berada di urutan kelima (66 poin) di bawah Hokky Krisdianto (96), Hadi Wijaya (81), Hendriansyah (72) dan Forianus Roy (71), sementara Dedy Fermadi di posisi ketujuh dengan 63 angka. Setelah Kenjeran, putaran keempat Indoprix rencananya akan dilangsungkan di sirkuit Kalan, Kalimantan Timur, Agustus ini.

Read More...

Jumat, 01 Agustus 2008

Indonesian Custom Culture?

hanya sekadar contoh BMW-nya DBBP.com yang aduhai

Mungkin saya yang kurang gaul atau emang karena nggak ada media yang jor-joran lagi mengulas dunia custom bike di Indonesia. Tapi rasanya, tiga tahun belakangan, keberadaannya terasa hambar. Tetep ada sih, cuma ya itu, sepertinya gaungnya nggak seheboh dulu lagi. Padahal apa yang kurang dari skill Vero, Bimo, Iman, Lulut, Doddy,dan nama-nama lain Gustin, Reka, Jawir, Bingky, Sonny, Lilik, Pegi, sampai workshop-workshop kecil di daerah. Gaya? dapet! mulai ol'skool, new school, Euro-look, dan aliran-aliran lainnya boardtrack, Brat Style, cafe racer dan saya bingung (dsb).

Banyak saya yakin di Indonesia yang jago modified. Tak harus harley yang di-custom!mulai motor inggris, motor Jepang semuanya adalah media untuk mengekspresikan diri.Coba lihat di majalah Jepang ato The Horse, BSA C15 pun bisa dibuat ganteng. Okelah, sekarang di panggung dunia pun, banyak yang merujuk ke dandanan lawas, boardtrack ambil contoh. Tapi basic-nya kan nggak mesti harley (kalao nggak mau dibilang mahal), tapi bisa ambil mesin lawas. Tuh liat Mark van der Kwaak (DBBPdotcom), cukup dengan BMW R51, dia sudah melenggang dengan inovasi dan (tentunya) style yang aduhai. Sekarang racun Jepang makin terus menyebar di mana kita dijejali dengan Vibes, Hardcore Chopper, Cruisin, dan lain-lain yang memang cakep dilihat. Nah, masalahnya adalah, kenapa kita nggak bisa bikin culture seperti mereka? Nggak apa-apa ngadopsi (asal jangan mau disebut plagiat) untuk diterapkan sebagai acuan, tapi disinergikan dengan citarasa kita. Apa ya cita rasa kita? saya juga bingung, kapan ya punya Indonesian Style? Nggak tahu saya juga. Sudah ada, pernah ada? entahh...tanyakan pada yang ngarti ya! jangan orang baru setahun dua tahun ngustom udah pintar kasih opini, khususnya soal style.

Namun, ada yang perlu digarisbawahi di sini. Nggak cuma gaya aja yang keren, barang mahal, frame langka, mesin gede..whatever...Kalau sekadar bangun doang, nggak ada yang lihat, nggak ada yang nikmatin, percuma kalee. Jepang, Jerman, US bisa bebas menjajah culture kita dengan media. Tuh Dice, Front end, sama majalah yang saya sebutkan di atas tadi, habis-habisan mempropagandakan culture di negara mereka. Orange Country Choppers kalo bukan Discovery Channel siapa yang bakal kenal? AMD juga. Dari sekadar tukang bikin buletin/katalog sekarang udah bisa bikin kejuaraan dunia antarbuilder. Howard Kelly, jebolan Hot Bike sekarang dicomot S&S ngurusin komunikasi marketing. Artinya apa? media sangat penting sebagai partner para pelaku industri. Eits, tapi media seperti apa dulu? Yang konsisten, content bagus,distribusinya ok..hmm apalagi ya? pokonya bisa sama-sama saling menguntungkan lah. Mereka dapat coverage, pelaku dapat benefit, nama disebutin, barang yang dipakai apa dan lain-lain..semua disajikan dengan bumbu yang renyah, uptodate dan bermutu. Pasti semua senang, si bor-bor builder senang, pembaca genah, media pun kipas-kipas


Read More...

Alicia Keys



Mahal! itu ungkapan pertama saat melihat harga tiket yang harus dirogoh dari kantong untuk melihat konser Alicia Keys di JCC Senayan, semalam. Tapi, sampai di lobby venue, harga paling murah Rp 750,000,- seakan hanya selembar tiket nonton bioskop kelas biasa saja. Pasalnya, dari mulai ABG, STW sammpe babeh2 sudah mengantri demi melihat aksi panggung sang diva R&B itu. Rombongan seleb tumpah ruah! dari penyanyi muda seperti Gita Gutawa sampai Piyu Padi pun nongol di tempat itu. Yang lainnya, banyak bangetsss..Hmmm...salah dugaan saya, norak! ternyata bangsa ini masih mampu hidup mewah! Dikira saya, paling hanya segilintir saja yang mampu beli dan mau nonton



Dengan bekal tiket pemberian, saya pun menjadi salah satu bagian dr penontonnya. Tak dinyana juga, banyak rekan yang keliatan batang hidungnya. Meski hampir telat hingga 2 jam, tapi menyaksikan dia manggung dari atas tribun, membuat saya puas. Nggak tau, apa emang norak liat artis luar manggung, tapi menurut saya performnya sangat luar biasa, tidak hanya suara, tapi juga aksi panggung sampai keahlian dia main piano. Mantafs..belum liat penyanyi kita seperti itu.Apalagi dengan dukungan backing vokal yang prima serta musisi pengiringnya, kayak dengerin di CD. Meski lagunya, nyaris tak hapal, namun tembang Superwoman rasanya patut didengarkan selain No One yang konon populer itu. Total 19 lagu dia bawakan dalam konser selama 2 jam tersebut. Sampai tempat peraduan pun masih terngiang suara dan head banger neng Alicia tersebut.
Ya, duit emang gak boong! sekarang saya tahu, kenapa orang2 itu rela menyisihkan uang yang tak sedikit itu
Read More...