Soal sepeda motor, Indonesia adalah jagonya. Bayangkan, mungkin ada 40 juta unit sepeda motor beraneka ragam berseliweran di jalanan. Tapi bicara prestasi yang ditorehkan melalui cabang olahraga balap motor, Indonesia baru hanya belagu di kelas bebek (underbone). Memang, hal ini karena populasi motor bebek kelewat banyak dan jor-joran digelontorkan ATPM setiap tahunnya. Tahun 2004 hingga 2008, jawara Asia (FIM Asian GP) satu-satunya kompetisi balap motor berlevel internasonal, selalu direngkuh pembalap Indonesia.
Apa yang bisa dibanggakan dari kejuaraan bebek ini? tentunya hanya membuat ATPM menepuk dada saja, bahwa motor buat ke pasar di Indonesia namun bisa mengantarkan pembalap Indonesia bisa disegani, meski sekarang di bawah ancaman pembalap negeri jiran. Membuat pembalap kaya, iya. Tapi rasanya balap bebek ya itu saja, lahir dan besar di sirkuit jalanan, meski sekarang difasilitasi Indoprix, sebagai The Ultimate Race balap bebek Indonesia. Pembalap bebek seeded menjadi jumawa karena diharuskan balap di sirkuit resmi, ditayangkan live di TV serta menjadi official promotion tools bagi ATPM.Singkatnya, indoprix ditempatkan di atas segalanya di antara balap motor lainnya. Ketika negera lain (baca; thailand)sudah bisa menempatkan pembalapnya di kancah MotoGP (250 cc) dan bahkan bisa bersaing di papan tengah, Indonesia seolah bangga dengan Doni Tata yang selalu di posisi juru kunci. Bukan salah Doni, tapi ambisi yang seolah memaksakan demi gengsi, membuat Doni menanggung beban berat. Tanpa dukungan teknis dari kuda pacu, sparring partner domestik, Doni hanya dijadikan sebuah jualan keberhasilan merek sepeda motor yang bisa mengantarnya ke kancah balapan bergengsi.Kini, Doni pun dibuang ke Supersport 600 cc, dan itu pun masih sangat perjuangan meski ditempatkan di tim sohor eropa.
Jadi harus balapan seperti apa agar bisa berjenjang hingga akhirnya mendapatkan prestasi yang tidak malu-maluin. Secercah harapan muncul tatkala IMI menggulirkan GP Mono yang dicangkan tahun lalu. Unit pun dipesan, yakni motor-motor berbasis mesin motocross karya Moriwaki Jepang. Inilah balapan yang diplot sebagai cikal bakal prestasi pembalap Indonesia yang ingin berkarier lebih tinggi melalui jalan yang benar. Sayang, karena semuanya bermesin Honda, ATPM lain seolah alergi mendukungnya.
(bersambung ya..)
Mercedes-AMG G 63, Mobil Penumpang Favorit Pengunjung GIIAS 2019
5 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar